Tuesday, January 11, 2005

Medical Report - Bapak Widjanarko Hastario

Message originally posted jan 10 2005 by Bapak Widjanarko Hastario yang baru kembali dari Aceh.


1. Berapa banyak dokter puskesmas yang hilang (meninggal)
2. Berapa dokter yang kehilangan tempat praktek.
3. Berapa jumlah dari setiap posko yang membutuhkan pertolongan

Bantuan yang akan diberikan adalah:
1. Pendirian klinik klinik yang sederhana.
2. Pemberian peralatan medis seperti stetoskop untuk dokter.
3. Pemberian obat obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan para dokternya.
4. Pemberian pelatihan dokter keluarga dan pemulihannya bagi para dokter dokter tersebut.

Sampai seminggu pasca bencana di Aceh, berita tentang tenaga kesehatan yang tersisa simpang siur. Informasi di Banda Aceh sangat sulit didapat, apalagi di daerah remote. Mudah-mudahan dalam 2 minggu kedepan lebih baik, karena kegiatan emergency relief/ rehabilitasi sudah dimulai.

Ketika saya meningggalkan banda aceh, rumah sakit yang beroperasi hanya 3 yaitu Kesdam dan Fakinah (operasional penuh). RSZainoel Abidin baru kami jalankan satu blok saja sejak hari kamis tgl 6 januari lalu yaitu ruangan IGD yang melayani kasus emergency sederhana dan ruang rawat sederhana dengan 28 bed/ stretcher.

Sebagian peralatan (kasur, bed, trolley, meja kursi dll) didapat dengan memulung kemudian dibersihkan, sebagian lagi bantuan. Mudah-mudahan di hari-hari ini beberapa ruangan dapat
dipergunakan sehingga dapat merawat pasien lebih banyak, mengingat antisipasi evakuasi dari daerah Meulaboh dan sekitarnya. Seluruh peralatan RSZA hancur terutama alat-alat elektronik.

Komunikasi dan koordinasi di lapangan sangat parah. Ketiga RS tersebut tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Kami tidak tahu apa yang terjadi di RS lainnya, padahal RSZA diarahkan menerima pasien rujukan dari Kesdam dan Fakinah.

Yang segera dibutuhkan (selain obat-obatan) adalah bed/ stretcher, alat komunikasi di dalam RSZA mengingat RSZA yang sangat luas dengan jarak antara ruangan yang cukup jauh, dan alat komunikasi keluar antar RS/ Pendopo (crisis centre), alat dignostik sederhana (laboratorium dan radiologi),perlengkapan kamar operasi.

Kamar operasi di IGD dapat difungsikan setelah ada mesin anestesi. Sementara kami mendapat support dari Australian army yang membuat field operating theatre/ hospital di halaman RSZA, jadi kasus operatif dilayani di situ.

Kesan kami, Aceh memang membutuhkan tenaga kesehatan lokal lebih banyak. Tenaga asing lebih baik yang spesialistik saja mengingat perlunya penerjemah bahasa Indonesia/ Aceh.

Salam,
Widjanarko, ortu dila smp1e dan nisa sd5a

0 Comments:

Post a Comment

<< Home